Pudjiwati Sajogyo: Peranan Wanita dalam Keluarga dan Pembangunan Desa di Indonesia*

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Oleh : Prof. Keppi Sukesi**

Menjadi  bagian dari proyek penelitian  ibu Prof. Pudjiwati Sajogyo tahun 1978/1979 adalah sesuatu yang sangat membanggakan pada waktu itu. Proyek penelitian itu pula yang kemudian memberikan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan studi S2 di IPB 1980-1982, dibimbing Prof. Pudjiwati Sajogyo, dan selanjutnya mengikuti studi S3 tahun 1990-1995 dan dibimbing beliau.

Saya berhutang dan beruntung.

Membaca Karya-karya Ilmiah Prof.Pudjiwati Sajogyo, dengan ide-ide dan gagasan-gagasan, konsep-konsep dan teori yang dihasilkan, dan metode yang digunakan dalam penelitian tentang  masyarakat pedesaan, telah membuka wawasan saya ketika kajian itu secara rinci menjelaskan bahwa dalam melihat keluarga di pedesaan hendaknya sampai pada aktor dalam keluarga sebagai unit terkecil masyarakat, yang terdiri dari wanita, pria dan anak-anak. Kajian ini memberikan  sumbangan besar dalam perkembangan Sosiologi Keluarga dan Studi Wanita di Indonesia. Sekarang berkembang Studi  Feminis dan Studi Gender.

Karya-karya besar beliau antara lain ketika pada tahun 1978 melakukan studi tentang Gizi Masyarakat dan kemudian terkenal dengan program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) kerjama antara IPB dengan BKKBN. Metode penelitian yang digunakan adalah Riset Aksi, di empat Kabupaten di Jawa Barat, masing-masing kabupaten dipilih dua desa sebagai lokasi penelitian. Secara umum penelitian ini bertujuan menuju ‘Masyarakat Sadar Gizi’.

Luaran penelitian yang dihasilkan dari penelitian aksi ini adalah terbentuknya  Kader gizi di setiap desa; Taman Gizi, teridentifikasinya balita gizi kurang dan Paket Pekarangan. Dalam ini termasuk juga menempatkan  ibu hamil sebagai subyek pelaksanaan program.

Kajian terhadap keluarga dan rumahtangga pedesaan  pada penelitian berikutya yang dilakukan oleh Prof. Pudjiwati Sajogyo addalah studi mendalam di Jawa Barat dengan fokus pada dua desa yaitu desa Sukaambit dan Pesawahan.

Fokus kajian:

  • Pola alokasi tenaga kerja rumahtangga
  • Pola pendapatan dan pengeluaran
  • Pola pengambilan keputusan
  • Peranan wanita di rumahtangga dan masyarakat

Temuan :

  1. Housework : pekerjaan rumahtangga adalah pekerjaan yang memerlukan curahan tenaga kerja dan waktu, hasilnya bernilaiguna (bukan bernilai pasar), tidak berupah (unpaid family worker), mayoritas dilakukan oleh wanita. Suatu kritik terhadap konsep : bekerja yang hanya dinilai secara ekonomis (market value).
  2. Pencari nafkah Utama dan Tambahan, dalam rumahtangga, antara status dan peran wanita, dapat dihitung dengan curahan waktu kerja dan pendpatan yang dihasilkan.
  3. Angkatan Kerja rumahtangga bervariasi : Dewasa – Anak2

Wanita – Pria

  1. Pekerjaan komersial di rumahtangga : Pengaruh musim perlu mendapat perhatian dalam pekerjaan pedesaan. Konsekuensinya pada metode pengambilan data, sesuaikan dengan musim
  2. Wanita antar kelas: : bukan kelompok homogen
  3. Di desa 6 – 75 tahun adalah usia produktif
  4. Pola pengambilan keputusan wanita dan pria dipengaruhi oleh Pendidikan,Latar belakang keluarga, Keterlibatan dalam aktivitas sosial
  5. Pola makan di desa yang sedikit protein hewani

Hasil penelitian tersebut menunjukkan status dan peranan wanita di pedesaan yang sangat padat aktivitas kerjanya, berbeda antar kelas sosial ekonomi, dan berbagi kekuasaan yang ditunjukkan oleh peranannya dalam pengambilan keputusan.

Pada tahun 1978 dapat dikatakan sebagai era kesadaran terhadap perlunya mempelajari peranan wanita. Prof. Pudjiwati Sajogyo mengawali Studi Wanita di Indonesia, dengan mengkaji wanita pedesaan di Indonesia. Perluasan penelitian di Luar Jawa (Sumatra, Sulawesi, NTT, 1981).

Konsep yang dikembangkan : sebagaimana penelitian sebelumnya yang dilakukan di Jawa:

  1. Pembagian kerja antara wanita dan pria
  2. Status wanita dalam keluarga, rumahtangga, dan masyarakat
  3. Relasi antara wanita dan pria : pembagian kekuasaan dan otoritas (Home prodution; income and expenditure, Input rumahtangga, kontrol atas lahan dan sumberdaya lainnya, Peran wanita dalam pengambilan keputusan).

Kajian teoritis Prof. Pudjiwati Sajogyo  berdasarkan Teeori dasar Sosiologi Keluarga dari MJ Levy dan Djojodiguno, bahwa dalam sistem kekerabatan terdapat lima sub-struktur yaitu :

  1. Diferensiasi Peranan
  2. Alokasi Ekonomi
  3. Aokasi kekuasaan
  4. Alokasi solidaritas
  5. Alokasi integrasi dan ekspresi

Lima struktur tersebut bisa berbeda antar kelas (di desa berdasar pemilikan tanah) dan terkait dengan Produksi dan Konsumsi Pangan. Wanita berperan penting dalam produksi dan konsumsi pangan di  pedesaan. Dalam berbagai kegiatan, wanita dan pria berbagi dalam pengambilan keputusan, hal ini  menunjukkan adanya perubahan normatif dalam relasi gender. Secara tradisional, kaum pria adalah pengambil keputusan dalam rumahtangga, tetapi dalam kasus kedua desa tersebut wanita dapat mengambil berbagi dengan pria dan bahkan mengambil keputusan sendiri untuk hal-hal yang penting.

Dalam pelaksanaan penelitian, secara konseptual melihat keluarga inti sebagai unit analisis, secara operasional rumahtangga sebagai unit analisis, dalam arti orang-orang baik dalam hubungan darah maupun tidak, yang tinggal bersama dalam satu atap (co-residensi) dan makan dari satu dapur atau satu unit pembelanjaan .

Melihat status wanita bukan hanya sebagai individu, tetapi selalu dikaitkan dengan pria atau relasi gendernya. Relasi gender juga bervariasi dalam masyarakat yang berlapis.  Perubahan terjadi pada susunan dan pola kehidupan masyarakat, pembagian kerja, penggunaan teknologi, norma-norma dalam keluarga, sikap familiisme berubah ke individualisme, pengambilan keputusan dan tanggungjawab sosial ekonomi.

Struktur keluarga berubah pada masyarakat industri, hubungan sosial tidak hanya terpusat pada laki-laki, perubahan fungsi keluarga yang lebih ‘keluar rumah’,  fungsi keluarga pro-kreasi dalam hal konsumsi dan pendidikan anak, dan kepercayaan terhadap pelayanan dari luar. Pendidikan dialihkan ke lembaga-lembaga di luar rumah, perubahan pola konsumsi rumahtangga, dan lain-lain. Peranan wanita mengalami perubahan sebagai akibat modernisasi dan pembangunan.

Sebagai penutup, pokok-pokok pikiran, ide-ide dan gagasan Prof. Pudjiwati Sajogyo menjadi acuan perkembangan Studi Wanita Pedesaan di Indonesia, dan sangat relevan dengan kondisi di Indonesia. Secara metodologis memberikan sumbangan terhadap pendekatan dan unit analisis, dengan indikator pembagian kerja antara pria-wanita, alokasi ekonomi dan alokasi kekuasaan.

Implementasi kebijakan dari hasil kajian tersebut antara lain adalah pembangunan hendaknya memperhatikan peranan dan partisipasi wanita, perlunya teknologi tepat-guna yang membantu beban kerja wanita, adanya jaminan sosial, pendidikan, keterampilan dan kredit usaha bagi wanita pedesaan. Pada era itu, IPB dengan ketokohan Prof. Pudjiwati Sajogyo mempunyai minat dan komitmen yang kuat dalam pengembangan pedesaan, kelompok-kelompok marjinal dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia.

*Tulisan ini merupakan makalah yang dibawakan oleh penulis dalam Sajogyo and Pudjiwati Sajogyo Lecture 2019 pada 29 Agustus 2019. 

**Beliau merupakan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

More to explorer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 × 1 =

KABAR TERBARU!