Sediono Mommy Poerwodo Tjondronegoro lahirdi Purwodadi 4 April 1928. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Europe Lagere School (ELS) di Purwokerto dan Tegal (1940). Ikut berjuang dalam Perang Kemerdekaan (1945-1949) dalam Tentara Rakyat Indonesia Pelajar (TRIP). Salah satu akibat satu insiden dalam perang, meninggalkan bekas luka dan cacat di salah satu tangannya.
Setelah lulus SMA (1948), Tjondronegoro melanjutkan studi di Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Amsterdam (1961). Studinya sempat terganggu akibat putusnya hubungan diplomatik Indonesia Belanda (1958-1962) dan sempat mengisi kekosongan waktu studinya dengan kuliah di Departemen Politik, London University (1958). Sempat dua tahun (1961-1963) bekerja di Universitas Amsterdam sebagai asisten ahli peneliti.
Karirnya di Indonesia dimulai saat ia kembali ke Indonesia pada 1963 dengan bergabung sebagai staf pengajar jurusan Sosial Ekonomi bagian Sosiologi Pedesaan Institut Pertanian Bogor. Di IPB, dengan adanya kesempatan memperluas cakrawala keilmuannya, ia kembali kuliah di di University of Kentucky dan University of Wisconsin, Amerika Serikat (1961-1968). Gelar Doktornya di bidang Sosiologi Pedesaaan berhasil ia pertahankan di Universitas Indonesia (1977). Tjondronegoro berhasil memperoleh status Guru Besar Sosiologi Pedesaan di IPB pada 1979.
Selain menjadi pengajar di IPB, Tjondronegoro banyak berkontribusi banyak dalam pendirian beberapa Program Pascasarjana di beberapa kampus, seperti Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), dan menjadi Komisi Pembimbing di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) dan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM).
Prof. Tjondronegoro pernah pula menjabat sebagai konsultan dan fellow, di antaranya sebagai fellow pertama di Institute of Development Studies Sussex (1971); konsultan ECAFÉ, Social Development Division (1972); konsultan Bank Dunia (1974—1976) di Jakarta; FAO untuk transmigrasi (1975—1976); penasihat International Labor Organization untuk Rural Development Division (1975—1980). Beliau adalah guru besar sosiologi pertama yang menempati jabatan Guru Besar J. Tinbergen (pemenang hadiah Nobel) di Universiteit Erasmus Rotterdam (1981). Beliau juga pernah menjadi guru besar tamu di University of Wisconsin, Universitas California, Cook College New Brunswick, dan East West Center, Hawaii. Pada tahun 1990-an, beliau juga pernah menjadi konsultan Asian Development Bank, Manila, membantu menyelesaikan studi “Rural Poverty in Indonesia” (1996), dan juga membantu UNEP di Nairobi sebagai anggota Science and Technology Panel on Biodiversity Feasibility (1985).
Dalam perjalanan kariernya di jajaran pemerintah, sejak tahun 1974 beliau menjadi direktur di Pusat Latihan dan Penelitian Transmigrasi, Departemen Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi sampai tahun 1976, dilanjutkan dengan anggota Team Policy Research, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (1978—1983). Antara tahun 1977—1978 pernah pula menjabat sebagai sekretaris eksekutif masalah pertanahan, membantu Menteri Negara Ekuin, Profesor Widjojo Nitisastro, dan Menteri Negara Riset, Profesor Soemitro. Semenjak Menteri Negara Riset dan Teknologi dijabat oleh Prof. Dr. B.J. Habibie (1978), beliau menjadi anggota tim penasihat perumus program nasional, serta untuk pertama kalinya di pilih menjadi sekretaris DRN pada tahun 1984, merangkap sebagai asisten V Menristek bidang Koordinasi Perumusan Program RISTEK sampai tahun 1996.
Prof. Tjondronegoro sangat menaruh perhatian dalam pengembangan ilmu dan riset. Hingga 2004, beliau adalah anggota Dewan Riset Nasional (DRN) kelompok V, serta anggota komisi Ilmu-ilmu Sosial Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), suatu pengangkatan kehormatan di bidang ilmu pengetahuan dengan masa jabatan seumur hidup.
Setelah memasuki masa purnabhakti di IPB (1993) dan berstatus Guru Besar Emeritus, beliau aktif menyumbangkan pemikirannya sebagai penasihat di dunia LSM, baik yang kegiatannya lebih ke penelitian seperti Yayasan AKATIGA di Bandung (1992—2008) maupun yang mengutamakan advokasi di daerah pedesaan seperti Yayasan Bina Desa Sadajiwa, dan Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) sejak pergantian abad. Di awal milenium ke-3 ini bahkan beliau juga turut berperan dalam pendirian LEMBAGA PENGKAJIAN PERTANAHAN INDONESIA (2006).
Sediono M.P. Tjondronegoro wafat di Bogor, 3 Juni 2020.
© 2021 Sajogyo institute