“Di negeri merdeka, selayaknya kita ikut menentukan apa arti ‘pembangunan’ itu bagi kita dan masa depan Indonesia”
– Sajogyo
Pembangunan menjadi sebuah perdebatan sengit yang tidak hanya dalam kancah keilmuan semata, tetapi berakibat kepada praktek-praktek pembangunan itu sendiri. Seperti yang dikatakan Sajogyo, rakyat Indonesia berhak menentukan apa dan seperti pembangunan versinya. Apa versi tersebut?
“Jika anda ingin mengerti perekonomian negeri kami, kajilah kebudayaan dan sistem politik kami; Jika ingin memahami kebudayaan dan sistem politik kami, kajilah perekonomian kami.”
Pembangunan itu bertolak dari desa yang notabene merupakan dasar dari fondasi peradaban. Desa merupakan titik tolak manusia sebelum ‘berlepas landas’ alias bertransformasi, membentuk masyarakat yang siap dan mandiri menghadapi tantangan zaman. Ibarat kata, desa adalah sel dari bangsa Indonesia. Bila sel-sel itu sehat, bugarlah bangsa; juga sebaliknya.
Permasalahan di desa hingga kini masih begitu pelik terutama masalah kemiskinan di pedesaan Indonesia masih terbilang tinggi. Baik jumlah penduduk miskin, Indeks Keparahan Kemiskinan dan Indeks Kedalaman di desa Indonesia begitu tinggi. Hal ini mendorong pada permasalahan yang multi-kompleks, baik dari urbanisasi yang masif hingga masalah isu ketidakadilan gender.
Membahas Pembangunan Pedesaan, tidak lepas dari permasalahan masyarakat marginal (terpinggirkan dan tersisihkan, terkadang tersembunyi dan terselubung), pembangunan pertanian, dan masalah wanita di pedesaan Indonesia.
Transformasi ekonomi global yang bercorak kapitalistik telah mengubah dinamika pedesaan begitu rupa dan berkonsekuensi kepada masyarakat marginal pedesaan dan kaum wanita di pedesaan.
Khususnya kaum wanita pedesaan (yang termasuk dalam kategori masyarakat marginal pedesaan) menempati kedudukan yang kurang baik sehingga menderita marginalisasi yang begitu parah. Mereka tidak hanya mencurahkan bagi keberlangsungan denyut keluarga secara internal, juga terkadang mereka membantu suami mereka untuk mencari nafkah menambah pendapatan demi sesuap nasi dan pemenuhan gizi minimal.
Hal inilah yang menjadi fokus Pudjiwati Sajogyo dalam mencurahkan sebagian besar hidupnya membuat peta jalan membawa kaum wanita pedesaan dari ‘lingkaran setan penindasan’ yang terjadi di desa-desa Indonesia.
Sajogyo dan Pudjiwati telah mencurahkan sebagian besar hayatnya membangun jalan terhadap Pembangunan Pedesaan di Indonesia. Maka, bila kita tarik pada konteks mutakhir, seberapa besar dan sejauh mana peran dan kontribusi pemikiran Sajogyo dan Pudjiwati dalam Pembangunan Pedesaan di Indonesia, seperti isu Pembaruan Agraria, isu Masyarakat Marginal di Pedesaan, dan Pembangunan Pertanian di Indonesia?
Kami (Sajogyo Institute, Departemen SKPM IPB dan PSA IPB) mengundang Bapak, Ibu dan Kawan-kawan sekalian dalam Sajogyo and Pudjiwati Sajogyo Lecture 2019 (SPSL 2019) dengan tema besar “Pembaruan Agraria, Masyarakat Marginal dan Pembangunan Pertanian di Indonesia.”
Informasi acara tertera di poster.
*Catatan: Tempat terbatas. Untuk konfirmasi kehadiran, silahkan hubungi Tirza (0813-4292-0706) dan Bayu (0811-535-444)