Balada Ali dan Sarniti

Tahun: 2016

Penulis: Muzril Musa

Daerah Penelitian: Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Kata kunci: Petani, Gender, Perempuan, Strategi Nafkah, Etnografi

Sejak masa kecil hingga sekarang, perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain telah menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan Ali dan Sarniti. Ketergantungan terus menimpa mereka, diselingi berbagai dera musibah bertubi-tubi. Bahkan musibah diri mereka berdua sejak kecil itu, pun telah diwarisi kepada anak-anak mereka.

Tentu tidak ada anak yang mau memilih hidup terus-terusan susah seperti apa yang mereka lihat pada orang tuanya. Pun sebaliknya, tidak ada orang tua yang ingin mewariskan kesusahan. Sekolah sering dianggap sebagai satu-satunya jalan keluar untuk mendongkrak nasib. Namun sekolah di kampung sekalipun letaknya begitu berjarak, membutuhkan biaya transport dan biaya seremonial sebagainya. Hal-hal yang tak terjangkau bagi Ali dan Sarniti.

Imajinasi Ali dan Sarniti tentang masa depan hanya sebatas ada dalam hayalan yang bagi mereka sendiri tidak dianggap akan bisa diwujudkan. Hingga mereka memang tidak mau terlalu terlarut dengan bayangan tentang masa depan. Mereka mengalir dan berusaha hidup apa-adanya. Kerjakan apa yang mereka bisa kerjakan.

Balada kehidupan Ali dan Sarniti merupakan gambaran dari keadaan rumah tangga golongan lemah saat ini, yang khas dan khususnya banyak terdapat di pulau Jawa. Sebuah pulau dengan sejarah pertanian yang gemilang, namun didera penjajahan demikian rupa, sampai didera ekspansi kapitalisme pembangunan hingga hari ini. Masih jutaan orang petani di pulau Jawa hari ini, tidak memiliki tanah. Dan kita tidak benar-benar paham bagaimana mereka bertahan hidup.

Download di sini.

Categories
KABAR TERBARU!