Hutan di Bioregion Papua merupakan hutan hujan tropis terakhir yang berada di wilayah Indonesia Timur. Wilayah Bioregion Papua terdiri dari Papua, Papua Barat dan Kepulauan Aru. Di lain sisi,hutan di wilayah Bioregion Papua memiliki biodiversitas sangat tinggi. Bahkan, juga menjadi habitat untuk spesies-spesies fauna khas Australia seperti mamalia berkantung dan beberapa jenis burung. Hasil analisa FWI, sampai tahun 2018 luas hutan alam di Bioregion Papua menyisakan sekitar 33 juta hektar atau 81% dari daratan. Disisi lain, Hutan bagi masyarakat asli Papua tidak hanya dimaknai sebagai ruang hidup, tapi juga sebagai sistem produksi, ekonomi, dan sosial. Sehingga hubungan dengan hutan menjadi kompleks dan berlapis, dimana terdapat dinamika dan proses perubahan terus-menerus, selaras dengan tantangan yang dihadapi.
Meskipun demikian, Keberadaan hutan alam di Bioregion Papua terus mengalami tekanan kerusakan. Industri-industri ekstraktif berbasis lahan secara masif dan sistematis terus mengkonversi hutan alam dan menghilangkan sumber-sumber kehidupan masyarakat dan habitat satwa-satwa endemik yang ada di sana. Hingga tahun 2018, dari 14,6 juta hektar wilayah berizin (IUPHHK-HA/HPH, IUPHHK-HT/HTI, perkebunan, dan pertambangan) sekitar 12,1 juta hektar atau 83% di dalamnya masih berupa hutan alam. Hutan alam terbesar berada pada area konsesi pertambangan seluas 4 juta hektar, lalu HPH seluas 3,9 juta hektar, perkebunan kelapa sawit 1,4 juta hektar, HTI 461 ribu hektar, dan sisanya pada area-area yang terjadi tumpang tindih perizinan sebesar 2,2 juta hektar. Luasan areal yang bukan lagi hutan alam diprediksi akan terus bertambah. Tercatat, sejak tahun 2013-2018 ada sekitar 369,9 ribu hektar hutan alam yang hilang berada di dalam konsesi perizinan.
Dengan masih luasnya hutan alam yang berada di dalam konsesi perizinan menjadi pertanda bahwa areal-areal tersebut akan terdeforestasi dan terdegradasi di tahun-tahun berikutnya. Kata “pembangunan” akan menjadi senjata yang ampuh untuk melegalkan segala macam bentuk eksploitasi hutan. Sebagai konsekuensi dari rusak dan hilangnya hutan, ada masyarakat adat di wilayah Papua yang terus merasakan ketidakadilan. Termasuk ketidakadilan terhadap akses kebenaran informasi, terutama tentang kondisi hutan, tanah, dan program-program pembangunan lainnya.
Ketidakadilan informasi ini membawa masyarakat adat ke dalam situasi dimana mereka mengalami kerugian dan dalam posisi yang lemah pada konflik-konflik yang terjadi dalam pengelolaan sumberdaya alam. Merespon berbagai permasalahan di atas, tahun 2019 lalu FWI telah melakukan studi mengenai potret kondisi hutan dan manusia di Bioregion Papua dan mengemasnya menjadi sebuah buku. Dengan harapan bisa digunakan sebagai referensi berbagai macam stakeholder dalam menciptakan adanya keadilan informasi tentang pengelolaan sumber daya alam, keberlanjutan pengelolaan hutan di Bioregion Papua.
Download di sini: Bahasa Indonesia | English Version