Halal Bi Halal Masyarakat Pegunungan Kendeng: Pabrik Semen Kanggo Sopo?

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Serangkaian acara Halal bi Halal yang dilaksanakan di Omah Sonokeling, Kec. Sukolilo – Kabupaten Pati berlangsung dengan guyub dan lancar. Ratusan warga dari Kota Pati tersebar di beberapa kecamatan bersama kawan lintas kabupaten (Gombong, Purwodadi, Blora, Kudus, Rembang, Kendal, dan beberapa kota lainnya) gayeng bersatu mengibarkan ratusan bendera merah putih sebagai tanda perjuangan dan kecintaan mereka kepada Bumi Pertiwi. Acara yang digagas JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng) bertambah meriah dengan hiburan seni musik lesung dari Kelompok Ibu Tani Pati-Rembang, Barongan dari Purwodadi, Tetembangan dan gamelan dari kelompok musik Widji anak-anak Kendeng, serta Penampilan Grup Musik Marjinal.

Acara yang di gelar Senin (18/7/2016) berlangsung sangat meriah. Acara tersebut di dalamnya dihadiri pula dari beragam profesi dan komunitas seperti petani, buruh, akademisi, guru, kyai, pegawai, slankers, punk dll mereka menyatu merayakan kemenangan batin untuk terus berjuang atas upaya sistimatis penguasa di negeri ini yang hendak mengeksploitasi sumberdaya alam karst dan penghidupan masyarakat kendeng yang mayoritas petani.

Halal Bi Halal dengan tema besar “Pabrik Semen Kanggo Sopo?” dirapkan menjadi perenungan bersama dan memperkuat silaturahmi bagi masyarakat sekitar Pati dan masyarakat luas untuk menjaga pegunungan karst kendeng dan lingkungan untul tetap lestari.

“Kehidupan kami sangat bergantung pada air yang selama ini di jamin pegunungan karst, kami sudah sejahtera dengan bertani. Kami berharap pemerintah meninjau kembali kebijakan pendirian pabrik semen yang tidak pro rakyat. Kebijakan harusnya di kembalikan pada ruh negeri ini ke arah negara agraris dan maritim. Pekerjaan rumah di bidang pertanian dan perkebunan dari pemerintah yang belum terselesaikan, seharusnya menjadi perhatian untuk pembangunan. Bukan malah merubah tanah pertanian dan lokasi lumbung pangan menjadi lumbung semen. Betapa ironi di tengah negeri yang gemah ripah loh jinawi akan tetapi negara dalam mencukupi kebutuhan pangannya harus impor beras, dan lantas menggantikan kami petani dengan buruh semen”, tutur Gun Retno Ketua JM-PPK.

Acara Halal Bi Halal berlangsung khitmat ketika 9 kartini kendeng menembangkan langgam jawa berjudul “Gugur Gunung” di iringi musik lesung dan gamelan. Langgam yang memiliki makna dan semangat gotong royong tersebut diharapkan bahwasanya semua elemen bangsa bersatu padu menjaga alam yang sudah di titipkan dengan kepada kita dengan baik untuk di jaga dengan baik pula. Visi bersama mewujudkan jawa tengah “ijo royo-royo” dan program nawacita jokowi tentang pertanian dan pangan harus menjadi fokus pembangunan di jawa tengah.

Acara semakin gayeng ketika penampilan band indie Marjinal menyanyikan beberapa lagu-lagu yang berisi lirik tentang kritik pembangunan, tema-tema alam serta kerakyatan. “Kami setelah ini akan melanjutkan perjalanan kami ke Batang untuk bertemu dengan sedulur-sedulur tolak PLTU dan mampir ke Pekalongan bertemu juga sedulur-sedulur nelayan. Kami melalui musik akan terus menyuarakan suara rakyat dan orang-orang termarginalkan melalui seni.”, ujar Romy sang Vocalist Band Marginal ini. [ABW]

More to explorer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

nineteen − eighteen =

KABAR TERBARU!