Tahun: 2016
Penulis: Ahmad Jaetuloh, Aidar Sopalatu, Muhsin Badjeber
Daerah Penelitian: Kabupaten Lebak, Provinsi Banten
Kata kunci: Studi Agraria, Konflik Agraria, Masyarakat Adat, Pertambangan, Emas, Etnografi
Di Desa Cisungsang kegiatan penambangan emas mendapatkan pembenarannya berdasarkan siloka atau cerita orang tua (nenek moyang) mereka, bahwa nanti di desa Cisungsang akan memperoleh emas yang berlimpah dan warganya tidak akan kesusahan karena kandungan emas tidak akan pernah habis. Maka, ketika cerita itu terbukti, kegiatan menambang emas pun menjadi pekerjaan utama yang dilakukan oleh warga desa, selain bertani yang masih tetap dilakukan. Namun demikian, ramalan tentang melimpahnya emas di desa Cisungsang perlahan akan menipis.
Hal ini juga berdasarkan sebuah ramalan orang tua-tua yang menyebut bahwa “Akan terjadi suatu masa di mana emas semangkuk akan ditukar dengan beras semangkuk”. Kondisi ini bisa saja dimaknai hancurnya kondisi pangan akibat terlalu bernafsu pada emas. Ketika pangan hancur, maka pangan itu akan jauh lebih mahal harganya ketimbang emas. Di pihak lain, ada yang mengatakan bahwa seluruh warga desa Cisungsang sudah kaya raya semua karena emas, sehingga tidak perlu lagi bertani dan seluruh warga menambang emas. Sementara, seorang sesepuh Cisungssang menafsirkanya sebagai sebuah kondisi yang justru berbahaya.
Download di sini.