“Kalau orang kehilangan tanah sudah dianggap normal, berarti kita menormalisasi kondisi-kondisi dimana orang kehilangan jati dirinya. Kita menormalisasi kondisi-kondisi kemiskinan”.
Begitulah Laksmi Adriani Savitri, atau biasa disapa Mbak Laksmi, memberikan pandangannya terkait kasus konflik agraria di Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Sementara itu, Ahmad Nashih Luthfi, juga akrab disapa ‘Mas Luthfi’, mengutip pidato Soekarno pada 17 Agustus 1960, bahwa “Pembangunan tanpa Land Reform bagaikan gedung tanpa tiang dan tanpa dasar” untuk merujuk kontradiksi dalam rencana pembangunan yang massif dilakukan pemerintah Indonesia, khususnya di Desa Wadas. Keduanya menjadi pembicara tamu dalam ruang bincang virtual PutCast #bertamuseru yang dikelola oleh MojokDotCo.
Sosok Mbak Laksmi dan Mas Luthfi adalah orang-orang yang tidak bisa tidak untuk dijadikan kawan belajar terkait masalah dan sejarah agraria. Sebab, keduanya boleh dapat dibilang adalah pegiat senior Sajogyo Institute yang telah banyak berkontribusi sejak awal mula lembaga ini berdiri.
Mbak Laksmi menyumbang pengetahuan penting akan perampasan tanah-tanah adat dan masyarakat adat di Papua. Sedangkan Mas Luthfi memberikan karya terbaiknya tentang Mazhab Bogor dalam studi pemikiran agraria. Warisan pengetahuan keduanya hingga hari ini masih menjadi bekal penting bagi para pegiat muda di Sajogyo Institute untuk belajar mengenai masalah dan sejarah agraria di Indonesia.
Untuk menyimak lebih banyak diskusi keduanya terkait fenomena perampasan tanah di Desa Wadas, silakan berkunjung melalui link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=PCs8ghF4b8g Atau dapat melihat video diskusi menarik ini melalui video yang kami sematkan di bawah ini. Selamat menyimak!