14 Januari 2021, menjadi peristiwa yang memilukan bagi Masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya masyarakat yang tinggal di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito. Terjadi banjir besar yang menyebabkan setidaknya 13 Kabupaten terdampak banjir, ‘tujuh di antaranya luas genangan banjir antara 10.000 hingga 60.000 hektar”, mengutip dari BBC Indonesia. Hingga kini, banjir besar tersebut masih terjadi.
Namun, banjir besar yang melanda 13 Kabupaten di Kalimantan tersebut tidak terlepas dari banyak kerusakan ekologis akibat kerja eksploitatif berlebih dari tangan manusia, khususnya pertambangan baru. Eksploitasi pertambangan batu bara di wilayah Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, menjadi fokus utama dalam tulisan seorang Jurnalis Investigatif-Kritis, almarhum Tommy Apriando.
Laporan investigasi “Emas Hitam dalam Cengkeraman Para Haji” membedah secara detail dan singkat siapa saja aktor kerja tambang batu bara yang merusak Hulu DAS Barito Kalimantan Selatan, Perusahaan apa saja yang ikut dalam kerja tambang batu bara di sana, dan apa dampaknya?
Laporan investigasi singkat ini (yang merupakan kerjasama lembaga Sajogyo Institute dan Koalisi Indonesia Bersih) menjadi satu laporan penting begitu merusaknya aktivitas eksploitasi, khususnya pertambangan batu bara di Kalimantan Selatan dan bagaimana perlawanan masyarakat Kalimantan terhadap usaha perusakan sosial-ekologis di Kalimantan Selatan oleh usaha tambang batu bara.
Laporan ini dapat diunduh di sini.