Sejak masa pandemik, banyak aktivitas offline yang terpaksa hilang atau berpindah ke dunia maya. Begitu pula di Malabar 22, kantor Sajogyo Institute. Kantor yang bukan hanya tempat bekerja, namun juga menjadi rumah bagi para penggiat yang ingin belajar bersama tentang berbagai hal. Sebelum pandemik, kantor selalu ramai dengan berbagai macam kegiatan.
Namun, keheningan malam yang sudah berlangsung lebih dari setahun itu, perlahan mulai retas. Sudah dua minggu belakangan ini, mulai terlihat lagi aktivitas malam yang berbeda di Malabar 22. Tampak beberapa orang anak muda, setiap ba’da Isya mulai berdatangan dan berkumpul. Ada yang membawa buku cetakan tebal, ada pula yang membawa lembaran-lembaran fotokopi dan peralatan belajar lainnya.
Anak-anak muda ini adalah staf dari Sajogyo Institute, juga jejaring-jejaringnya. Rupanya, tengah terorganisir secara organik sebuah kelas belajar rutin per-dua kali seminggu di sana: mendaras Das Capital. Jika ada yang pernah melihat tiga volume buku berjudul Das Capital yang isinya njlimet dan berukuran bantal kursi tersebut, yap, buku tersebut yang sedang mereka pelajari.
Christian Lund, seorang professor dari University of Copenhagen, Denmark, pada sebuah momen saat tinggal beberapa waktu di Sajogyo institute (dalam rangka belajar bersama para peneliti tentunya), menjumpai sebuah ruangan belajar di mana para peneliti tersebut tidak berhenti merokok ketika belajar. Karena momen itu, ia menamakan ruangan tersebut killing zone.
Di ruangan itu pula, anak-anak muda ini berkumpul. Ruangan semi-outdoor berukuran 3 x 5 meter, dengan meja besar dikelilingi kursi-kursi berada tepat di tengah-tengahnya. Sebuah papan tulis penuh coretan spidol beraneka warna, memuat rumus-rusus ekonomi politik menyesaki bidang permukaan putih tersebut.
Mereka tampak khusyuk mengeja bab demi bab isi buku. Bergantian membaca versi bahasa Indonesia dan versi bahasa inggrisnya. Kelas sesekali disela diskusi dan candaan, ditemani gelas-gelas kopi dan, tentu saja, asap-asap rokok yang mengabut. Sejak dimulai pada tanggal 21 Februari 2022 lalu, para anak-anak muda ini masih konsisten mengikuti kelas yang sudah berjalan sebanyak tiga kali pertemuan. Apabila melihat ketebalan buku Das Capital itu, kita berharap semoga mereka bisa tabah menjalaninya sampai khatam. [Stoa]