Perubahan Tata Kelola Pangan, Tenurial dan Pelebaran Moda Ekonomi ‘Orang Kampung’ di Pulau Seram

Tahun: 2017

Penulis: Budiono Zaini

Daerah Penelitian: Pulau Seram, Provinsi Maluku

Kata kunci: Studi Agraria, Pangan, Produksi-Konsumsi, Sustainable Livelihood, Etnografi

Deskripsi:

Bentang alam Pulau Seram, Maluku Tengah, terdiri dari gugusan bukit-bukit dan laut. Di tengahnya terdapat gunung, yaitu Gunung Binaiya. Orang lokal menyebutnya Pinaiaya berketinggian 3.027 mdpl. Dari gunung Binaiya ini mengalirkan sungai-sungai besar yang menyuplai kebutuhan air untuk minum, mandi, mencuci serta kebutuhan lainnya bagi manusia yang tinggal di Jazirah Seram Selatan. Alirannya terkesan bersifat konstan, mulai dari yang tinggi hingga yang rendah. Namanya sungai Waiusa. Sungai besar ini menjadi penanda kongkrit akan adanya satu kesatuan ‘Ruang Hidup’ orang-orang Negeri1 Sepa dan Tamilouw. Di aliran sungai itu, tepatnya di atas kedua negeri ini terdapat dusun2 sagu dan labu. Kedua negeri ini saling berbagi atau berserikat dalam memanfaatkan ruang hidup bersama untuk tempat makan bersama demi keberlanjutan hidup.

Saat UU No. 5 Tahun 1979 tentang Desa, semua negeri itu diseragamkan menjadi ‘Desa’ seperti yang dikehendaki oleh sistem pemerintah Orde Baru. Meski azas yang dianut, dalam praktinya, masih berpegang teguh pada adat istiadat. Belakangan ini setelah terbit UU Desa No. 6 Tahun 2014, yang antara lain mengedepankan azas rekognisi, keberadaan ‘Negeri’ makin leluasa untuk menerapkan pola-pola aturan adat. Meski secara administratif pula, ‘Negeri’ sebagai wilayah tertib admistratif berada di bawah kecamatan.

Download di sini.

Categories
KABAR TERBARU!